Di depan sebuah rumah, tumbuhlah
sebatang pohon. Pada ranting pohon itu tumbuhlah daun-daun. Di antar
daun-daun tersebut terdapat selembar daun yang sangat besar dan kuat. Daun itu
diagung-agungkan karena kekuatannya. Dialah yang dianggap sebagai pelindung
pelindung bagi daun-daun lainnya.
Namun, seiring usia daun yang kian tua, daun
besar itupun mulai mengering. Beberapa badan daun itu mulai sobek-sobek, entah
karena gigitan ulat maupun pengaruh alam. Oleh karena itu, keberadaanya mulai
diabaikan oleh teman-temannya. Menurut mereka, daun besar itu sudah tidak dapat
diandalkan lagi.Tak lama kemudian, daun besar itu
pun tidak kuat lagi bergelayut di ranting. Ia jatuh dan meleur dalam tanah.
Ketiadaanya pun tidak dihiraukan lagi oleh daun-daun yang lain. Mereka seakan
telah melupakannya.
Musim kemarau pun datang. Daun-daun
di pohon itu mulai layu dan kehausan. Mereka kehilangan harapan untuk
hidup. Di saat mereka putus asa, tiba-tiba dirasakan ada air dan makanan dari
dalam tanah. Mereka terheran-heran dengan keajaiban itu. Setelah lama
mencari-cari, mereka melihat dan menyadari bahwa daun besar itu sudah membusuk
dan menghasilkan air serta sari makanan bagi mereka. Akhirnya, dengan air dan
sari makanan dari daun besar tersebut, daun-daun di pohon tersebut
berhasil bertahan sampai musim hujan datang. Mereka sangat menyesal telah
melupakan temannya, si daun besar. Sampai akhir hayatnya, daun besar itu tetap
menjadi pahlawan bagi daun-daun lainnya.
Renungan:
Jadilah
seperti daun besar pada cerita di atas. Ia senantiasa membantu orang lain, baik
pada saat berkuasa maupun di saat ia tidak memiliki siapa-siapa. Berbuat baik tidak harus menunggu kita menjadi manusia kaya atau
berkuasa, tetapi saat kita menjadi manusia biasa pun kesempatan untuk berbuat
baik tetap ada. Namun satu hal yang penting adalah berbuat baik dengan hati
yang ikhlas.
Cerita ini aku ambil dari 84
Kisah Luar Biasa Yang Inspiratif dan Melejitkan Motivasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar